Lihat pembahasan saya tentang tokoonline bukalapak sebelumnya yang berjudul Banyak Penipuan Di Bukalapak,Waspada Belanja Di Bukalapak
Bukan cuma BUKALAPAK saja; toko-toko online yang sejenis juga perlu agan-agan waspadai; salah satunya TOKOPEDIA. Ini screen shoot jawaban CS TOKOPEDIA atas respon pertanyaan saya mengenai bagaimana jika terdapat penjual yang ternyata hanya memajang produk tapi barangnya tidak ada?. Model-model penjual seperti ini :
1. Hanya punya waktu yang banyak, jadi timbul keisengan untuk mempermainkan calon pembeli toko online. Mereka tidak rugi, tapi hanya terobsesi dengan kesenangan pribadi; yakni menipu uang pembeli; sekalipun uang tersebut tidak masuk ke rekening mereka. Bahasa kasarnya, mereka mengalami gangguan jiwa; alias setengah waras. Kenapa saya pakai kata "setengah"? Karena mereka masih paham penggunaan komputer dan sistem cara kerja toko online.
2. Ada kerja sama dengan pihak toko online terkait. Jadi yang untung adalah pihak toko online nya karena uang pembeli mengendap ke rekening mereka. Uang pembeli tidak akan kembali, tetapi masuk ke yang namanya "dompet pembeli" atau apalah istilahnya saya tidak mau pusing. Jadi jika pembeli ingin membeli barang lain dengan uang dari "dompet pembeli", syukur harganya sama, jika berbeda, pembaca harus menyetor sejumlah uang untuk menambah selisih nya; atau jika tidak, "selisih ekornya" tidak bisa dipakai lagi. Bayangkan jika ada 100 ribu pembeli memiliki "ekor uang" rata-rata sebanyak 1000 s/d 10 ribu perak di dompet nya masing-masing. Bisa pembaca hitung, berapa total BUNGA nya. Bisa juga uang itu diputar pihak toko online dulu untuk kepentingan bisnisnya yang lain, atau penggunaan pribadi. Bukan begitu?
3.Bagi yang sering transaksi di BUKALAPAK pasti tahu yang namanya kode unik bukan? Kode unik ini harus anda bayar dalam bentuk uang lewat transaksi bank, dengan kisaran angka 1-999 yang katanya untuk mempermudah konfirmasi pembelian. Tidak perlu saya jelaskan lagi lebih lanjut lagi. Coba anda hitung dan bayangkan berapa banyak jumlah "kode unik" tersebut apabila dikalikan dengan jumlah pembelinya yang katakanlah 10 ribu tiap bulan.
Hukuman dari Tokopedia "hanya" 1) memblokir toko penjual dan 2) "memoderasi tokonya". Saya kurang paham apa maksud dari nomor 2 tersebut. Tapi untuk nomor 1, hukumannya nyaris tidak terlihat. Bahkan jika anda menutup akun nya 10x pun, dia akan kembali membuka tokonya sebanyak 11x; artinya tetap ada (+1). Kenapa? Karena begitu mudahnya seseorang untuk menjual barangnya di dunia maya; terlepas dia memiliki barang tersebut atau tidak; karena pihak Mall Online* sebenarnya tidak mau ambil pusing dengan itu. Yang mereka pusing, bagaimana caranya menampung sebanyak mungkin uang pembeli agar mengendap di rekening mereka.
Ya, itulah kelemahan sistem penjualan online yang harus diperkuat untuk melindungi uang pembeli. Jangan hanya di iming-imingi uang bisa kembali, tapi dengan proses yang sangat panjanggg dan berbelittt. Bayangkan jika pembeli kena "tipu" dengan 10 toko model begini? Bukannya mempermudah dalam membeli barang, tapi pembeli malah dipusingkan dengan serangkaian tugas untuk proses pengembalian uangnya. Atau bayangkan jika ada pembeli yang membayar dengan kartu kredit, lalu pesanan nya ditolak penjual. Menurut rata-rata TOS Mall Online*, setiap transaksi lewat kartu kredit uang pembayaran nya secara otomatis akan dikembalikan ke saldo kartu kreditnya dalam waktu 14 hari kerja. Bayangkan jika pembelinya tidak sabaran dan terus-menerus mencari barang yang di inginkannya di Mall Online* yang sama sampai dapat; tapi pesanannya selalu ditolak penjual sebanyak 10x dengan alasan produk habis. Apa kata pihak BANK nanti? Bisa-bisa akun kartu kredit anda diblokir dengan alasan SPAMING.
Kalau tidak, makin banyak saja orang yang nantinya tertarik untuk membuka Mall Online* yang nantinya akan menampung ribuan penjual. Hanya perlu modal :
1. Sebuah nama domain
2. Sebuah server+bandwith dengan kapasitas besar
3. Mesin penjawab otomatis (CS) untuk menampung caci maki pembeli.
NB : *Saya sebut "Mall Online" karena mereka juga sebenarnya tidak punya barang yang bisa dijual. Mereka hanya pengelola lapak/tempat yang mengandalkan barang dagangan para penyewa lapak dengan mengambil komisi dari penjualan2nya.